TANDANG………. !!! NYANDANG KAHAYANG

HABIS SUDAH RASA MALU

love2.psdADA sebuah kisah pada zaman Alexander The Great, sekian ribu tahun sebelum Masehi. Seorang anggota pasukan Alexander yang gagah perkasa, merampas sebuah kendi dari tangan seorang petani tua yang akan mereguk airnya. Hari sedang panas terik, sehingga sangat menyiksa tubuh dan menimbulkan kehausan amat sangat. Tak ada sumur atau sungai di dekat situ. Hanya kendi air milik petani tua tadi.
Petani tua tak berdaya. Tapi sempat bertanya.
Apakah Anda tak punya air, wahai prajurit?
Tidak. Airku sudah habis sejak dua hari yang lalu.
Tapi Anda masih punya rasa malu, bukan? tanya petani itu lagi.
Apa maksudmu? Sang prajurit keheranan, hingga tak jadi mengangkat kendi ke bibirnya.
Rasa malu telah merebut seteguk air dari seorang petani tua yang lemah tak berdaya. Padahal Anda masih punya kuda dan kekuatan untuk mencari sumber air yang isinya lebih dari isi kendi ini.
Prajurit terhenyak. Meminta maaf sambil menyerahkan kembali kendi yang cuma berisi setetes air itu kepada petani tua. Rasa malu telah menghadangnya dari berbuat zalim. Oleh Alexander, pengalaman prajurit itu ditorehkan dalam sebuah prasasti yang di Kota Epheseus (wilayah Turki sekarang), berbunyi, “Memiliki rasa malu adalah bukti keperwiraan para prajurit. Para perwira yang tak punya rasa malu, nilai pangkatnya lebih rendah dari para prajurit”.
Nabi Muhammad saw. menegaskan, malu sebagian dari iman. Al haya-u misful iman. Tegasnya, orang yang tak malu, imannya tak utuh lagi. Sedangkan filsuf ahli ilmu jiwa perkembangan termasyhur abad ke-9, Ibnu Tufail, menyatakan, rasa malu menyertai kodrat manusia. Manusia yang tak punya rasa malu kehilangan kodratnya sebagai manusia. Tapi zaman sekarang, rasa malu sudah lenyap sama sekali. Dalam kata lain, banyak manusia sudah kehilangan nilai keperwiraan seperti kata Alexander The Great. Kehilangan sebagian iman, menurut rumusan Rasulullah saw. Kehilangan kodrat manusia ” sehingga turun ke taraf binatang” sebagaimana pendapat Ibnu Tufail, penulis novel psikologi Hayy bin Yaqzan yang amat populer di dunia Barat itu.
Contoh nyata, dalam kasus penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Banyak perbuatan tak tahu malu dan memalukan mewarnai “pesta” harapan para pegawai honorer, tenaga kontrak, dan guru bantu. Berbagai peristiwa yang memilukan, terjadi di mana-mana. Honorer yang sudah bekerja belasan tahun, kalah mujur oleh orang baru masuk sebulan dua bulan. Guru bantu yang terbungkuk-bungkuk mengajar murid-murid, tersingkir oleh berbagai alasan yang tak dimengerti orang.
Koran Priangan terbitan Tasikmalaya, edisi No.687. Kamis-Jumat, 23-24 Maret 2006, hlm.1, memuat nama-nama orang yang lulus CPNS di luar kewajaran. Mereka antara lain, adik Bupati Garut yang bermasa kerja 8 (delapan) bulan, anggota keluarga Sekda Kab.Garut (masa kerja 2,7 tahun), dan adik Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan masa kerja 2 tahun. Itu hanya tiga orang. Masih banyak nama lainnya, yang melibatkan sosok pejabat yang membuat mereka lulus dengan mulus. Pengumuman yang penuh kejanggalan itu, praktis mengundang kericuhan, protes, dan tanda tanya CPNS lain yang tak lulus. CPNS yang sudah punya jam terbang memadai sesuai PP No.48 Tahun 2005. Kejadian serupa, tidak hanya di Garut dan Jawa Barat. Tapi juga di daerah lain di seluruh Indonesia. Kiranya tentang proses kelulusan atau ketidaklulusan tak perlu diutak-atik lagi. Sudah banyak pejabat berwenang yang konon siap bertanggung jawab. Siap melakukan koreksi dan lain sebagainya. Padahal daripada repot-repot begitu, mengapa sejak semula tidak melakukan pekerjaaan dengan benar, sesuai aturan yang berlaku, menjauhi KKN dan “kongkalikong”.
Kalau sejak awal, para penyelenggara tes CPNS punya rasa malu, kasus seperti itu tak akan terjadi. Seperti prajurit anak buah Alexander, mereka tak mungkin berani merebut setetes air yang akan diminum petani. Mereka punya rasa malu. Setetes air itu, atau sesuap nasi, sepetak lahan, dan macam-macam lagi, ibaratnya adalah hak milik para sukwan, para honorer, para guru bantu, dan para tenaga kontrak yang akan mereka masukkan ke mulut melalui tes CPNS. Tapi tiba-tiba embrio suapan itu direnggut oleh orang lain yang tak punya hak. Orang lain yang tak punya malu, bersama kelompok pendukungnya yang tak punya rasa malu pula. ***
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/)

2 Komentar

  1. zaenal

    terima kasih atas petunjuknya, itu membuat saya ingin mencoba berubah menjaga rasa malu agar tidak pernah hilang dari dalam diri saya….
    (jika ada informasi yang lain, tolong beri tahu ke alamat e-mail saya….)

  2. teambulls

    Mohon maaf….
    Ga ada maksud untuk menyinggung seseorang…
    Tapi ini mutlak jeritan Bathin yg sedih dg nasib Bangsanya…..

Tinggalkan komentar