TANDANG………. !!! NYANDANG KAHAYANG

ANTARA BENCI & CINTA…..

Benci dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia
mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang
menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya
selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah l.
Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci
oleh-Nya. “TERJALNYA” JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun,
untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan
rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu
menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang
berat, dan membuat jalan ke surga menjadi “terjal” atau sulit dilalui.
Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan
berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya.
Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah saw pada
permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan,
bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap
bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan
dakwahnya, beliau menjawab, “Wahai pamanku, meskipun matahari
diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak
akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku.” Itulah bukti
cinta Rasulullah n kepada Allah l, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah n sangat menyayangi pamannya itu. Namun,
ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan
perintah Allah l, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah
Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah SAW tidaklah
sombong dan menepuk dada.

Beliau juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan
untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu’, dan memperbanyak amal
ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar,
itu adalah “makanan” sehari-harinya, yang diteladani oleh para
sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya
lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta
dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan
keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini,
bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih
surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita
dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang
terlewatkan (na’udzubillaah).

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian
shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas
untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada
memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

Tinggalkan komentar